RSS
Wecome to my Blog, enjoy reading :)

Selasa, 01 Februari 2011

Surat Penyesalan dari Sahabat di Tahun 2075




Aku terlelap dalam malamku, bermimpi menjumpai sosok sahabat, tapi aku tak kenal Ia siapa, bercakap-cakap tentang masa kehidupan, masa yang belum pernah aku jalani sebelumnya. Saat aku terbangun dalam aroma embun pagi, ‘tak segera aku membuka mata, aku lakukan ritual pagiku. Berterimakasih dengan badan terlentang dan cakupan tangan di dada, menyembah para guru dalam kepercayaanku. Guru swadyaya, Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah terindahnya, hembusan nafas ini. Guru Rupaka, orang tua dan leluhurku, melahirkan dan memeliharaku hingga usia ini. Guru Pengajian, Guru pengetahuanku saat lampau, kini dan nanti, memberikan rajutan pengetahuan yang tak berujung. Guru Wisesa, pemerintah negeri pusaka ini, yang berjuang keras untuk memerintah dan bersedia menjadi pemimpin, mengemban tugas yang amat berat, tak peduli apa kata mereka, aku tetap hormat. Aku selesaikan ritual pagiku dan membalikkan badanku kearah kanan. Saat aku membuka kelopak mata dengan perlahan, aku mendapati sepucuk surat, hijau bertinta putih di samping wajahku....
Aku seperti mengenal alur keluhan cerita yang disajikan.



'Selamat datang di tahun 2075, Saudaraku. Tahukah kamu berapa umurku? Aku berumur 50 tahun, sebaya denganmu. Ya, seperti yang kuduga sebelumnya, kau pun telah sangat terkejut ketika aku menyampaikannya. Usia 85 tahunlah rupaku. Aku banyak mengalami masalah kesehatan, karena aku minum sangat sedikit air putih, dan terlalu banyak mengkonsumsi nikotin serta obat-obatan terlarang. Aku pikir aku tidak akan hidup lama lagi, sekarang aku adalah orang yang paling tua di wilayahku berada ini.
Dulu, semua sangat berbeda. Masih banyak pohon di hutan dan tanaman hijau di sekitar, setiap rumah memiliki halaman dan tanaman yang indah, aku sangat suka menikmati kesegaran alam, bermain di pantai dan langit biru yang mencerahkan mata hati. Sekarang, kami disini hanya dapat membersihkan badan kami sekali saja, dengan handuk basah yang terbasahi oleh air hujan yang kami tampung tujuh bulan sekali.
Sebelumnya, pepatah mengatakan bahwa rambutlah mahkota wanita, dan semua perempuan dibuat bangga olehnya. Namun kini kami harus memangkasnya habis agar kami dapat membersihkannya tanpa menggunakan air. Sebelumnya, ayahku membersihkan mobil dengan menyemprotkan air langsung dari keran ledeng. Sekarang, anak-anak tidak dapat mempercayai bahwa air pada masa dahulu dapat digunakan untuk apa saja.
Aku ingat sekali dengan pesan sederhana yang amat dalam maknanya, aku dan kawananku sepelekan pada masa laluku. JANGAN BUANG SAMPAH SEMBARANGAN, HEMATLAH MENGGUNAKAN AIR, BERTINDAKLAH HIJAU, SAYANGI SEMUA MAKHLUK, JADILAH VEGETARIAN UNTUK SELAMATKAN BUMI, dan masih banyak pesan-pesan yang kuabaikan pada masa lalu. Hanya segelintir orang yang memperhatikan hal tersebut. Mereka yang pada masa itu berjuang gigih menyerukan kalimat-kalimat singkat itu, aku kini menyembah dan merasa bersalah terhadap mereka. Sesungguhnya mereka adalah pahlawan, tapi apa daya, manusia-manusia pada masa lalu hidupku terlalu malu untuk menunjukkan kebaikan mereka dan sekarang mereka benar-benar merasakan akibatnya.
Orang beranggapan bahwa air tidak akan pernah habis karena persediannya yang tidak terbatas. Sekarang sungai, danau, bendungan, dan air bawah tanah, semuanya telah tercemar atau sama sekali kering.
Orang beranggapan sampah bukanlah masalah besar dibandingkan bisnis dan perekonomian, termasuk aku pada saat itu. Aku anggap mereka si munafik penyebar kesesatan, terlalu banyak bicara dan mengurusi orang lain. Aku bersujud, aku menyesal.
Pemandangan sekitar yang seperti kau lihat kini hanyalah gurun-gurun pasir yang tandus. Infeksi saluran pencernaan, karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang cepat saji, instan dan daging. Seharusnya mereka kita sayangi dan berikan hak yang sama untuk hidup melengkapi keseharian kita. Seandainya saat itu aku ikut kata sahabat untuk berhenti makan daging karena terlalu banyak melahap lahan hijauku untuk pembiakan tak wajar saudara-saudaraku yang berwujud hewan. Bahkan mereka sering disakiti. Air digunakan untuk membuat badan mereka lebih besar dan berat pada masa itu, sehingga laku terjual. Aku menyesal, aku tak bertindak meskipun melakukan hal kecil sekalipun.
Selain itu, penyakit kerusakan pada kulit-kulit manusia, keracunan dan penyakit saluran kencing sekarang menjadi penyebab kematian nomor satu.
Dulu aku pernah berfikir bahwa aku tidak akan pernah peduli tentang apa yang orang bilang yang seharusnya tidak aku lakukan dan tidak aku makan. Aku berfikir aku tidak peduli, ‘toh semua nantinya akan mati’. Sekarang Sang Pencipta memberikannku melihat dan merasakan penderitaan ini. Rasa penyesalanku menambah sengsaraku kini. Para sahabatku yang dulu berjuang untuk bumi dan menyerukan hal bermanfaat itu kini telah tiada, mereka beruntung, mereka tidak merasakan kepahitan kami saat ini. Terlebih lagi mereka pergi tanpa kesakitan dan hanya tertidur lalu tak bernafas, namun tetap menebarkan senyuman dalam dinginnya tubuh yang tak lagi dialiri darah. Kami tertatih-tatih tak berdaya, penuh derita dalam jangka waktu yang lama.
Kau lihat pekerja itu? Ia hanya dibayar dengansegelas air hujan untuk diminum per harinya. Industri mengalami kelumpuhan, tingkat pengangguran mencapai angka yang sangat dramatik. Tak ada pepohonan, tak ada kicauan burung, tak ada kucing yang mengeong dengan manjanya, tak ada lagi anjing sebagai teman manusia.
Banyak orang yang menjarah air ditempat-tempat yang sepi. Mereka makan dari kotoran hewan yang hidupnya juga tertatih-tatih.
Sebelumnya rekomendasi umum untuk menjaga kesehatan adalah minum sedikitnya 8 gelas air putih setiap hari. Sejak air menjadi barang langka, kami tidak dapat mencuci baju, pakaian bekas kami langsung buang, yang kemudian menambah banyaknya jumlah sampah.
Ditoilet kami, kotoran menumpuk, karena tidak dapat larut lagi dalam septic tank. Bahkan tidak jarang kami mengeluarkan kotoran dari perut kami di halaman rumah kami.
Manusia di jaman kami kelihatan menyedihkan; tubuh sangat lemah, kulit pecah-pecah akibat dehidrasi, ada banyak koreng dan luka akibat sengatan matahari yang luar biasa. Karena keringnya kulit, perempuan yang berusia 19 seperti berusia 39 tahun. Para ilmuwan yang masih mengabdi telah melakukan berbagai investigasi dan penelitian, tetapi tidak menemukan jalan keluar. Manusia tidak dapat membuat air.
Sedikitnya jumlah pepohonan dan tumbuhan hijau membuat ketersediaan oksigen sangat berkurang, yang membuat turunnya tingkat intelegensi generasi mendatang.
Pemerintah bahkan membuat pajak atas udara yang kami hirup: 137 m3 orang per hari. Bagi siapa yang tidak bisa membayar pajak ini akan dikeluarkan dari “kawasan ventilasi” yang dilengkapi dengan peralatan paru-paru mekanik raksasa bertenaga surya yang menyuplai oksigen. Udara yang ada di kawasan ini tidak berkualitas baik, tetapi setidaknya menyediakan cukup oksigen untuk bernafas. Umur manusia rata-rata adalah 30 tahun.
Di sini sitempatku tidak lagi ada pohon, karena sangat jarang turun hujan. Kalaupun sering hujan, itu adalah hujan asam. Tidak dikenal lagi adanya musim. Perubahan iklim secara global terjadi di abat 20 akibat efek rumah kaca dan polusi. Efek rumah kaca yang memang benar disebabkan oleh amoniak kotoran hewan yang berlebihan (zat metana).
Kami sebelumnya telah diperingatkan bahwa sangat penting untuk menjaga kelestarian alam, tapi tidak ada yang peduli.
Pada saat anak perempuanku bertanya bagaimana keadaannya ketika aku masih muda dulu. Aku menggambarkan bagaimana indahnya hutan dan alam sekitar yang masih hijau. Aku menceritakan bagaimana indahnya hujan, bunga, asyiknya bermain air, dan bisa minum air sebanyak yang kita mau. Aku menceritakan bagaimana segarnya manusia saat itu.
Ayah mengapa tidak ada air sekarang? Aku merasa seperti ada yang menarik lidahku saat akan menjawab pertanyaan itu.
Aku tidak dapat menghilangkan perasaan bersalah, karena aku berasal dari generasi yang menghancurkan alam dan lingkungan dengan tidak mengindahkan secara serius pesan-pesan pelestarian...dan banyak orang lain juga !!!!!!
Aku berasal dari generasi yang sebenarnya bisa berubah, sehingga dapat mengubah keadaan, tetapi tidak ada seorangpun yang melakukannya.
Sekarang, anak dan keturunanku yang harus menerima akibatnya.
Sejujurnya dengan situasi ini, kehidupan di planet bumi tidak akan lama lagi punah, karena kehancuran akibat ulah manusia (yang konon katanya makhluk paling pintar di muka bumi ini) sudah mencapai titik akhir.

Aku berharap untuk bisa kembali ke masa lampau dan meyakinkan umat manusia untuk mengerti apa yang akan terjadi....Pada saat itu, masih ada waktu dan kemungkinan dan waktu bagi kita untuk melakukan upaya menyelamatkan planet bumi ini.
Aku hadir dalam mimpimu, karena aku tahu engkau mampu untuk membantu masa depan saudara uneversal kita, meski hanya tindakan kecil, pasti akan sangat bermanfaat. Jangan berhenti untuk berbuat kebaikan besar demi bumi ini. Sampaikan surat ini kepada semua orang, meski hanya berupa pesan, kesadaran global dan aksi nyata akan pentingnya melestarikan air dan lingkungan harus dimulai dari setiap orang. Persoalan ini adalah serius dan sebagian sudah menjadihal yang nyata dan terjadi di sekitarmu, pada masa kehidupanmu ini,bukan? Lakukan untuk anak dan keturunanmu kelak.’

Aku menangis dalam diam, ini benar-benar bukan sekedar mimpi. Semangat ini bertambah besar 10.000.000.000.000 kali lipat bahkan lebih. KITA HARUS BERTINDAK.

kolaborasi untaian kata pada majalah Cronica de los Tiempos yang terbit di tahun 2002 (free translation by: Yuliana Suliyanti 2007) dengan Ni Putu Ayu Striratna

tambahan informasi bermanfaat untuk menunjang keakuratan data 'fakta bumi kini' dapat dilihat di:
http://suprememastertv.com/ina/

0 comments:

Posting Komentar