RSS
Wecome to my Blog, enjoy reading :)

Selasa, 01 Februari 2011

Tegur Orang Buang Sampah Sembarangan, Pedang Menghunus ke Arahnya


Miris, miris hati sambil tertawa terbahak-bahak, mata terbelalak mendengar pamanku bercerita tentang berita menggelitik di koran lokal daerahku. Pamanku adalah seorang pengamat dan pencinta lingkungan yang sudah mulai mendedikasikan dirinya sejak umurnya masih belia. Akupun terinspirasi karenannya. Beliau senang sekali menulis artikel di kolom ‘Surat Pembaca’. Apa yang ditulis bukanlah tentang keluhannya sebagai masyarakat Indonesia yang mengkritik pemerintah tanpa memberi solusi, atau bukanlah adu kata tentang politik masa kini. Namun, jauh lebih kompleks, mendesak, dan lebih penting dari itu. Realita tingkah laku masyarakat terhadap lingkungannya. Tulisan-tulisannya berupa sindiran fakta yang membangun serta memberikan solusi secara langsung. Berharap masyarakat Bali yang membacanya mulai paham dan meningkatkan kesadaran mereka akan lingkungan mereka. Setelah kami berbincang, tak kusangka keesokan harinya ketika aku membaca surat kabar, munculah lagi tulisn pamanku di ‘Surat pembaca’.



‘Menarik berita Bali Post, jumat 28 januari 2011 tentang seorang warga Bali yang marah kemudian ambil pedang dan menantang kerabatnya, tak terima ibunya ditegur membuang sampah sembarangan. Syukur si pengancam berpedang sudah diadukan dan ditahan polisi. Semestinya sang kerabat yang marah-marah ambil pedang, karena orang-orang bandel membuang sampah di areal miliknya. Tampaknya dia masih bisa menahan diri.
Kedepannya di pulau Tri Hita Karana ini bukan saja soal berebut waris, PIL, dan WIL yang menjadi sumber keributan. Sampah akan menjadi pemicu serius kekerasan antar warga kalau tak segera di antisipasi dan disikapi. Siapa yang sudi berlama-lama lahannya menjadi tempat pembuangan sampah? Sampah yang makin beragam bahannya, tak mudah hancur, dan membahayakan kesehatan. Berita ini semestinya menjadi PR bagi semua. PR sampah: dibicarakan dari daerah tingkat 1 sampai ke tingkat banjar. Sudah saatnya banjar-banjar berperan lebih dari tempat membicarakan urusan ngulat klangsah dan maebat.
Adakah Tri Hita Karana itu punya roh? Atau sekadar retrorika penyedap rasa, pembuat bangga namun tak berdaya. Kalau memang ada yang merasakan roh itu, ayo cerminkan dalam keseharian. Harmonislah dengan sampah sendiri, urus sampah semaksimalnya di rumah masing-masing sebelum lepas tanggung jawab melemparnya ke tempat orang lain atau ke pemerintah. Adakah kita peduli?’(Surat Pembaca, Bali Post; Sabtu Kliwon, 29 Januari 2011)
Hah, ada-ada saja perilaku manusia jaman sekarang. Sungguh kasihan pikirku, memiliki kepribadian seperti itu. Untung saja ketika aku beberapa kali menegur orang yang sedang membuang sampah sembarangan, di sungai ataupun di jalanan, belum pernah mengalami hal-hal seperti ini. Kalau saja aku menemukan orang seperti itu, aku akan berkawan dengannya, meracuni dengan paksa virus-virus kebaikan seperti yang telah biasa aku lakukan kepada kawan-kawan atau orang-orang sekitarku. JANGAN TAKUT BERBUAT KEBAIKAN.

Keterangan:
Tri Hita Karana merupakan falsafah dan ideologi umat Hindu yang menjunjung tinggi hubungan harmonis antara Tuhan, sesama manusia, dan hubungan dengan lingkungannya.

2 comments:

fizer0 mengatakan...

wah2 parah juga tuh ampe segitunya....^_^'

dalam warnawarni dunia striratna mengatakan...

ya nih,,katrok sekalay yang ngeluarin pedang...

Posting Komentar